Risk Culture Awareness_30 Oktober 2020
Three Lines of Defense – A Football Analogy
We do not really have it here but it is American Football season in the US which is a pretty good example of how the model of three lines of defense works. Few people would question that the players on American Football team are responsible for taking risks. And, although individual’s approach sometimes differs, few would also argue with the need for a defensive coordinator. Not to mention, what would be the result of not having a referee that is completely independent of both teams?
Kita tidak benar-benar memilikinya disini, tetapi musim American Football telah dimulai dimana olahraga tersebut merupakan contoh yang cukup bagus untuk menggambarkan bagaimana tiga lini pertahanan bekerja. Sedikit orang mempertanyakan apakah para pemain di dalam tim American Football bertanggung jawab untuk mengambil risiko. Dan, meskipun pendekatan individu tidak selalu disetujui, tak jarang juga yang memperdebatkan perlunya koordinator pertahanan. Belum lagi, apa yang akan terjadi dengan ketiadaan wasit yang sepenuhnya independen dari kedua tim?
In fact, American Football has a similar pattern to Insurance Company, where field parties who acts as the first line are playmakers of the game who control how the match goes, that is, every party who manages individual risk in each department within the Company. It is supported by advisory function from the Coach (Risk Management team acting as the second line, in this case) and a referee who is responsible for controlling the game in fairness and integrity wherein the Company, this function is carried out by Internal Audit team. If it works in harmony, the overall management will provide positive results, particularly in effectiveness and productivity of the Company.
Faktanya, olahraga American Football memiliki pola serupa dengan Perusahaan Asuransi, dimana pihak yang berada di lapangan sebagai lini pertama adalah playmaker permainan yang mengatur bagaimana jalannya pertandingan, yaitu pihak pengelola risiko pada setiap Departemen di dalam Perusahaan. Hal tersebut kemudian didukung dengan adanya pemberian fungsi advisory dari Pelatih (dalam hal ini dilakukan oleh tim Manajemen Risiko yang bertindak sebagai lini kedua), serta wasit yang mengontrol permainan dari sisi keadilan dan integritas di dalam Perusahaan, fungsi ini dijalankan oleh tim Internal Audit. Apabila dilakukan secara harmonis, keseluruhan manajemen tersebut akan memberikan hasil positif, khususnya dalam efektifitas dan produktifitas dari Perusahaan.
So why does it work in American Football, when many institutions have difficulty establishing three lines of defense that work together effectively? Most likely, it is because in American Football, there is clarity in roles, and the value of each role is well understood. Players know that they are responsible for following the plan, and it is done not because of the threat of penalty, but because they are strongly aware that the plan is based on knowledge and research that make the best use of the team’s skills. As a result, guidance from the sidelines is perceived as value-adding, rather than as getting in the way of the game.
Jadi, mengapa hal ini berhasil dalam American Football, ketika banyak Institusi mengalami kesulitan membangun tiga lini pertahanan yang bekerja sama secara efektif? Kemungkinan besar sebagian terjadi karena dalam American Football, ada kejelasan dalam peran dan setiap bobot perannya dipahami dengan baik. Setiap pemain tahu bahwa mereka bertanggung jawab untuk mengikuti rencana dan dilakukan bukan karena ancaman penalti namun terdapat kesadaran yang kuat bahwa rencana tersebut didasarkan pada pengetahuan dan penelitian yang akan memanfaatkan keterampilan tim sebaik-baiknya. Sebagai hasil, bimbingan dari pinggir lapangan dianggap sebagai nilai tambah, bukan penghambat permainan.
In American Football, there is also an emphasis on the success of the team, rather than on the relative importance of each line of defense. For an institution, achieving a cooperative culture requires a “tone-at-the top” that emphasizes the importance of each function’s role, promotes sharing of information across the enterprise, and holds employees accountable for fulfilling their risk management responsibilities.
Dalam American Football, terdapat penegasan pada kesuksesan tim dimana bukan terjadi karena kepentingan relatif dari setiap lini pertahanan. Bagi sebuah Institusi, untuk mencapai budaya kerja sama dibutuhkan “tone-at-the-top” yang menegaskan pentingnya peran masing-masing fungsi, mendukung berbagi informasi di seluruh perusahaan dan meminta karyawan untuk memenuhi tanggung jawab manajemen risiko mereka.